Jumat, 17 April 2015

Kesenian Barong Kabupaten Kendal mulai Menggeliat Menunjukkan Taji

Barong, adalah sebuah mitologi di pulau Jawa dan Bali, mewakili kebajikan, kebenaran yang merupakan raja dari roh-roh pelindung melawan kebathilan dan kejahatan. di Jawa kesenian ini lebih dikenal dengan nama Barongan. Barongan pada umumnya digambarkan atau diwujudkan dalam seekor Singa. Dimainkan oleh 2 orang  yang satu mengendalikan bagian depan atau kepala dan yang lain mengendalikan bagian belakang dengan memperhatikan sinergi dengan yang di depan.

Di lain daerah kesenian ini digambarkan dengan berbeda wujud, ada Babi Hutan, Harimau, Ular, Naga dan lain-lain. Tapi pada prinsipnya karena kesenian ini merupakan kesenian rakyat, kebenaran, kesederhaan, spontanitas, kekeluargaan, tegas, keberanian dan kekompakan atau kerjasama tidak lepas dari semangatnya. 

Saya berkesempatan mengabadikan sebuah kegiatan kesenian Barong di Kabupaten Kendal yang akhir-akhir ini mulai menggeliat ke permukaan. Dengan ditemani kawan-kawan komunitas fotografi dari Kaliwungu Ruang Rana (KR2), saya berusaha mengacapture apa yang saya rasakan.

M Tanzil Firmansyah yang merupakan anggota KR2 dan sekaligus penggiat dan kontributor kelompok kesenian Barongan ini mengajak saya menuju Dusun Gitungsari, Kelurahan Caruban Kecamatan Ringinarum Kabupaten Kendal. Disana sedang ada "mbabar" (melakukan promosi/pamer bahwa paguyuban barong ini telah memiliki alat baru) yang dilakukan oleh Paguyuban Singo Barong Wahyu Rukun Santoso.

Paguyuban yang dipimpin oleh Ngasdi dan sudah berdiri sekitar 3 tahun ini memiliki alat yang cukup lengkap. mulai dari Barongan, Adawangan(kerbau/ sapi), Buroq, Leak Bali (Rangda), Jaran eblek/ Jaran Kepang/ Kuda Lumping) dan investasi yang dibutuhkan untuk membangun kesenian ini ternyata cukup fantastis.... sekitar 200 juta.

Untuk "nanggap" kesenian ini pak Ngasdi mematok harga sekitar 2,5juta sampai 3juta setiap main yang berdurasi sehari. "Untuk operasional sekali main bisa habis sekitar 2jutaan. dan sisanya kita bagi kepada para pemain", kata Ngasdi.  Dibutuhkan loyalitas yang tinggi dan ketelatenan untuk bisa bertahan sampai sekarang ini, tambahnya. Pemain Barong merupakan anak-anak muda yag ada di dusun ini dan berkolaborasi dengan yang tua agar terjadi transormasi dan regenerasi. diharapkan kesenian ini tetap langgen dan tidak punah.

Berikut beberapa foto yang saya ambil ketika barongan itu main ditemani oleh  Ketua KR2 Anto Rahadi dan Tanzil :


Menyiapkan Barong

Memperbaiki Barong 


Backdrop  


Masih dengan Sesaji 


Adawangan bentuknya Kerbau dan Macan 


Menyemangati yg Muda 


His Passion 


Mengenalkan kepada yang muda 


In Action 


Koleksi baru 


Jump 


Check and Recheck



Ini Barongku.. Mana Barongmu?? 



Menunggu Giliran 


Ngasdi Sang Pemimpin Barong


Foto Bersama 


Narsis???  Perluu laah... :D 


Maturnuwun om Antok Candidnya...... 



Selasa, 24 Februari 2015

Never Ending Rawa Pening

Rawa Pening, Sebuah lokasi di daerah Kabupaen Semarang Jawa Tengah namun tepatnya diantara 4 kecamatan, yaitu Ambarawa, Banyubiru, Tuntang dan Bawen. Berupa danau yang menyuplai kebutuhan air untuk sekitarnya, baik untuk persawahan dan lain-lain. 

Seiring dengan perkembangan waktu Rawa Pening di manfaatkan warga sekitar untuk bisa menjadi penopang hidup. Memanfaatkan segala yang ada atau tumbuh di lokasi Rawa Pening. Ada yang membuat keramba untuk membudidayakan ikan, mencari ikan (nelayan) atau sekadar mencari hiburan dengan memancing ikan dan juga memanfaatkan enceng gondok (yg akhir-akhir ini semakin merajalela). Pada sisi lain Rawa Pening juga dijadikan lokasi wisata yang disebut Bukit Cinta dan umbul tempat pemandian di daerah Muncul Kecamatan Banyubiru. 


Rawa Pening memang sangat eksotis dilihat dari lensa kamera yang saya punya, begitu bayak kearifan lokal yang tumbuh disana. Mulai dari landscape(pemandangan alam), kegiatan manusianya (Human Interest). Dikalangan pecinta dan pehobi fotografi baik lokal maupun nasional Rawa Pening ini memang sudah termasyur, sehingga banyak ungkapan menyebutkan "Never Ending RawaPening".

Disana saya sempat mampir dan ngobrol dengan Mas Rinto Kampul, yang merupakan salah satu pemilik rumah apung dan mengelola kurang lebih 20 an perahu untuk disewakan. Beliau melayani para pemancing yang ingin mencari ikan ditengah rawa. Rata-rata sewa perahu kecil tanpa mesin adalah 20rb, perahu besar bermesin 40rb dan perahu besar bermesin dan beratap 55rb perharinya. Tempat tersebut bisa dikatakan "jujugan" saya kalau memotret disana. motret makan... motret lagi.. hehehehe

berikut beberapa foto dari hasil "dolan" dan berkunjung ke Rawa Pening.

Salah satu pose andalan pecinta Fotografi di Rawa Pening


 Sunrise dari lokasi wisata Bukit Cinta


 Panen padi hasil pengairan dari Rawa Pening





 Huting bersama Komunitas Fotografer Semarang (KFS)


 Setelah panen saatnya pesta buat para bebek mencari makan


 Nelayan yang sebenarnya


 Tempat parkir persewaan perahu


Jalur kereta wisata Tuntang-Ambarawa-Bedono 


 Mencari keong di sawah-sawah yg tergenang


 Pengumpul enceng gondok untuk dibuat kerajinan


 Dari balik warung mas Rinto Kampul (salah satu pemilik persewaan perahu


Melintas


 Pemancing beramai-ramai menuju tengah rawa


 Perempuanpun jadi nelayan


 Kepolosan anak2 sekitar Rawa


 Pengumpul enceng gondok


 Asyik dengan memancingnya (perahunya om Rinto)


 selfi diatas perahu.. :D


 Pencari ikan dengan jaring "tekek"(cekik)





Senin, 23 Februari 2015

Memotret Prewedding

Foto Prewedding/ prawedding, sudah menjadi trend dikalangan calon pengantin, atau menjadi sebuah keharusan? hehehehehehe.............. Saking banyaknya calon pengantin yang selalu ingin ada foto coupple mereka di setiap sudut gedung resepsi pernikahannya.

Memang sudah menjadi trend dan sedikit jadi kebutuhan pemanis dekorasi, foto prewedding memperlihatkan keromantisan, style, glamour, kesederhanaan atau keunikan pasangan tersebut. Saya mungkin salah satu dari sekian banyak "Tukang Foto" yang merasakan dinamika dan keunikan mereka dalam menginginkan foto preweddingnya.

Sebetulnya apa saja sih yang perlu kita siapkan dalam memotret prewedding ini?

  1. Konsep,  YAAA... ini menjadi penting karena merupakan keiinginan dari klien kita. Diskusikan konsep tersebut dengan memberikan pandangan secara fotografi, sehingga dalam pengambilan foto mendapatkan hasil yang maksimal.
  2. Buat Story Board, Membuat story board akan memudahkan kedua belah pihak untuk efisiensi waktu dan yang jelas tertata.. Semua yang tertuang pada story board kita tinggal eksekusi. (tentunya sudah disepakati bersama). Story board  bisa berupa gambar yang kita bikin sendiri atau mengambil foto stock yang sesuai dengan konsep.
  3. Persiapan Alat, Siapkan alat yang akan digunakan, jangan membawa alat2 yang sekiranya tidak akan dipakai. Apabila foto session di lakukan secara outdoor, antisipasi juga apabila terjadi cuaca yang extreem (hujan, angin kencang, panas yang harst dll). Kamera dan perangkatnya, lighting, lightstand, reflektor, difuser, jas hujan dll.
  4. Briefing, Lakukan briefing dengan crew kita, tentang tugas masing2, kemudian baru lakukan final briefing dengan klien.
  5. Mulai bekerja............
Dalam melakukan sesi foto usahakan untuk membuat klien merasa relax (santai) dan nyaman, jangan sampai kita seperti menyuruh begini, begitu dalam melakukan pose. Jika suasana relax, nyaman dan akrab maka saran yang kita berikan berkenaan denga story board akan mudah dicerna dan pasti bisa mendapat hasil yang maksimal. Ingat klien bukanlah model yang dengan mudah memeragakan pose2 dan "mood" sesuai story board. 

berikut beberapa hasil foto Prewedding saya dari berbagai konsep dan tempat.












Kritik dan saran sangat dibutuhkan...
FB : Agung Wahyu Diono AWD
Twitt :@awdagung

Selasa, 20 Januari 2015

Ngesti Pandawa, Wayang Orang Semarang

Wayang, yang ada di benak kita tentang wayang  identik dengan wayang kulit, karena begitu banyak pementasannya, baik yang pakem (sesuai aturan dan alur cerita) atau yang sudah kontemporer yang dikembangkan oleh berbagai universitas seni yang ada di Indonesia umumnya dan Jawa pada khususnya. . Ternyata di Indonesia wayang ada banyak sekali jenisnya. Wayang Golek, wayang kulit, Wayang Menak dan lain-lain. 

Dalam tulisan ini saya akan sedikit menulis tentang Wayang yang ada di kota Semarang, khususnya wayang orang, sebuah pagelaran yang sudah jarang di kota-kota besar lainnya. Wayang Orang Semarang terkenal dengan nama Ngesti Pandowo. Wayang Orang Ngesti Pandowo merupakan salah satu Ikon budaya Semarang yang masih berdiri sejak tahun 1937. Mengapa ada nama Pandowo? karena didirikan oleh lima orang sesepuh budaya yaitu Sastro Sabdo, Darso Sabdo, Narto Sabdo, Sastro Soedirjo dan Kusni. 

Dahulu wayang ini bermain berpindah-pindah dari satu kota ke kota lain (Wayang Tobong), hingga akhirnya Walikota Semarang tahun 1950, Hadi Supeno menginginkan agar Ngesti Pandowo menetap di Semarang, sampai sekarang. 

Dinamika yang dialami wayang Orang Ngesti Pandowo sangatlah tinggi, dari masa sulit "kelilingan" , pentas di Instana Negara era Presiden Soekarno, mendapat penghargaan "Wijaya Kusuma" di 17 Agustus 1962, Menetap di semarang (gedung GRIS sekarang Mall Paragon) hingga terakhir kembang kempis menetap di Taman Budaya Raden Saleh (TBRS) jalan Sriwijaya Semarang.

Sekarang ini Kesenian Wayang Orang Ngesti Pandowo mulai menggeliat lagi, dengan adanya anak muda yang tertarik dengan kesenian ini, ditambah dengan jadwal yang rutin berpentas setiap Sabtu malam jam 20.00 di TBRS Semarang.   

Berikut beberapa foto saat hunting di TBRS mulai dari persiapan mereka manggung sampai pentas diatas panggung.



Persiapan di ruang ganti belakang panggung



 Riuh rendah suasana ruang ganti


 Mengepel lantai tempat pertunjukan


Harus bisa merias sendiri


SoundMan



 memasang ascesoris


 Saya foto bersama "anak wayang"


 Penabuh Gong



Tarian pembuka, tampak pemain lain menunggu giliran keluar



"Goro-Goro" oleh Panakawan yang bikin tertawa dengan humornya



Action pertempuran



Menggunakan properti buatan sendiri



Pementasan dimulai



Action


Anak muda ikut bermain


Demikian sekelumit tentang Ngesti Pandowo, yang tetap berusaha bertahan dengan serangan kesenian dari luar. Kita selaku generasi muda seyogyanya tetap menghidupkan atau "nguri-nguri" kebudayaan kita sendiri. Wayang adalah budaya Adiluhung dari Indonesia.

Masukan dan saran selalu ditunggu untuk kemajuan kita bersama, Terimakasih