Rabu, 31 Desember 2014

Geliat Pengrajin Batu Bata di Kabupaten Kendal

Apa yang ada dibenak kita saat akan membangun sebuah rumah , pastilah bahan bangunan. Pasir, semen, kayu, dan pasti yang tak ketinggalan adalah "Batu Bata". Dengan harga yang sangat murah, tidak sampai seribu rupiah per biji, namun fungsinya menjadi sangat vital utuk membuat dinding rumah berdiri kokoh.

Meski sudah banyak beredar barang yang menjadi subtitusi batu bata, namun barang ini masih saja menjadi pilihan utama bagi orang yang akan membangun rumah. Degan harga yang murah, apakah kita juga akan berfikir bahwa dengan harga murah pasti membuatnya juga gampang?? SALAH!! 

Membuat batu bata membutuhkan proses yang lumayan rumit dan panjang. Kurang lebih bisa mencapai sepuluh hari sampai dengan batu bata itu siap pakai. Mari kita lihat beberapa kegiatan yang terjadi di Desa Rejosari Kecamatan Brangsong dan desa Ketapang Kecamatan Kendal Kabupaten Kendal, tepatnya di bantaran Sungai Blorong, Kabupaten Kendal.

Saya berkesempatan berburu foto disana bersama teman-teman komunitas fotografi  Kaliwungu Ruang Rana (KR2) yang di ketuai Mas Antok yang juga teman kuliah saya dulu di UNISSULA. Berikut beberapa hasil jepretan saya di lokasi pembuatan batu bata tersebut. 

Dimulai dengan adegan "NGLULUH" yaitu proses mecampur tanah dengan "Grajen" (serbuk kayu bekas gergajian) atau dengan "gabah" (kulit dari padi)plus dedak (serabut gabah) . Proses ini bisa memakan waktu seharian. Dan kemudian hasil ngluluh baru bisa dipakai esok harinya.

Seorang petani menggunakan cangkul untuk Ngluluh, Tanah Ladu, Grajen dan Dedak/ Gabah



Setelah ngluluh ini bahan baku yang terdini dari tanah liat, Grajen, Dedak/Gabah dibawa ke dataran yang luas yang sudah di lumuri grajen agar tidak nempel ke tanah saat dicetak




Dengan siapnya lahan untuk mencetak sekaligus mengeringkan proses pencetakan dimulai......


Mencetak Batu bata



Tertata rapi menunggu kering dengan sinar matahari

Setelah setengah kering, Bata ditata dipinggir agar tempat tersebut bisa dipakai mencetak lagi




Setelah benar-benar kering baru di bawa ke rumah Brak untuk dilakukan proses pembakaran



Pembakaran inilah proses terakhir dari pembuatan Batu Bata, dengan menunggu selama 2-5 hari pembakaran, disesuaikan dengan jumlah bata yang dibakar. 
Untuk diketahui bersama harga dipasaran batu bata sekitar Rp.600,- s/d Rp.1000,- rupiah per biji dan harus melalui proses berhari-hari sampai bisa mencapai harga tersebut. Para pencetak batu bata memperoleh upah sebanyak Rp.120.000,- untuk per seribu bata yang siap cetak. Sehingga apabila musim hujan bata yang baru dicetak harus ditutup oleh plastik. Karena yang akan dibayar oleh juragan Bata adalah bata yang sudah masuk rumah Brak yang akan dibakar.


Hampir sepanjang bantaran sungai Blorong dimanfaatkan untuk lahan pembuatan batu bata ini, mulai dari yang berkapasitas kecil sekitar 30.000 buah sampai yang 125.000 setiap sekali bakar. Daerah ini merupakan sentra pembuatan batu bata yang ada di kabupaten Kendal.
berikut beberapa sisi lain dari lokasi pembuatan batu bata di bantaran Kali Blorong.

Seorang bapak sedang istirahat setelah menata bata di Brak 

Pengrajin bata melintas diantara Brak


Brak yang terbuat dari kayu dan jerami dserta daun pohon kelapa

Menuju mengambil bata di tempat cetak


Terimakasih Om Antok (Ketua KR2) yang sudah memotret saya. "Itu pas ngapain yaa??? hehehehehe

Foto bersama Punggawa Kaliwungu Ruang Rana Foto by Antok ketua KR2

 Semoga tulisan ini menambah wawasan kita tentang bagaimana proses membuat batu bata, yang ternyata tidak semudah yang saya bayangkan.  Dari sini saya belajar, bahwa sesulit apapun, apabila kita mau belajar dan berusaha Tuhan akan memberikan jalan untuk kesuksesan.
Terimakasih , sampai ketemu lagi tahun depan
Selamat Tahun Baru 2015 Semoga kesehatan, Kesuksesan selalu bersama kita semua..Amin........





Senin, 10 November 2014

Perjalananku Mencari Batik Bakaran Juwana Pati yang Exotis

Kota Pati merupakan Bumi Mina Tani (mina = perikanan, tani = pertanian)yang berada dipesisir utara Pulau Jawa, tepatnya di sebelah timur kota Kudus provinsi Jawa Tengah. Banyak ragam budaya dan kearifan lokal yang potensial untuk diangkat ke permukaan dan pada akhirnya dapat menjadi ciri khas dari kota Pati.

Yang saya ketahui selama ini Juwana hanyalah kecamatan bagian dari Kota Pati yang terkenal dengan Trasi, Kecap dan kuningan. Dan yang lainnya hanya seperti kota kabupaten  di Jawa Tengah lainya. Tenyata salah besar apa yang ada dalam benak saya. Juana ternyata menyokong 55% Panghasilan asli daerah di kota Pati. Mulai dari perikanan Laut dan Darat (tambak), Garam, Kuningan, dan tentusaja Batiknya.

Perjalanan saya berawal dari ajakan seorang teman untuk hunting foto pembuatan perahu/ kapal nelayan di desa Bendar. dan fantastisnya harga satu perahy/ kapal tersebut mencapai tujuh miliar rupiah.
  WOOOOWWWWW..........   

Proses pembuatan kapal di desa Bendar, Juwana, Pati.




Kemudian karena sudah terlalu siang dan panas saya putuskan untuk mencari Spot yang indoor. pertama kami memasuki kawasan Tempat Pelelangan Ika dan skitarnya. Ada aktivitas jual beli ikan, perbaikan perahu, bongkar muat ikan, sentra pembuatan ikan pindang dan banyak lagi.

Pelabuhan sekitar TPI Juwana

Sentra pembuatan ikan pindang




Kemudia kami di jamu oleh teman saya Badroe , diajak kerumahnya yang berlokasi di Bakaran. Kemudian ngobrol- gobrol sambil melepas lelah menikmati es kelapa muda. Dan kemudian tanpa sengaja ngobrol tentang batik dan muncukah kata batik Bakaran yang baru saya dengar. " Ternyata ada tho nama Batik Bakaran?" tanyaku heran.

Motif batik ini sangat dipengaruhi oleh budaya Majapahit, mulai dari corak dan  warna, sehingga sangat berbeda dari motif pesisir yang ada di jawa yag cenderung berwarna "ngejreng" seperti batik Lasem atau Semarang.

Berikut beberapa foto hasil hunting  saya di Desa Bakaran Kecamatan Juwana Kabupaten Pati Provinsi Jawa Tengah  di sentra pembuatan Batik Bakaran.








Demikian sekelumit yang saya tahu tentang Batik Bakaran, yang pada dasarnya batik ini sudah mulai menggeliat dan menjadi ikon di Kabupaten Pati pada khususnya dan di Indonesia pada umumnya. Sehingga menambah kaya akan warna dan corak ragam Batik yang ada di Nusantara ini.

#selalu menerima kritik dan saran untuk tulisan dan foto ini.


kegiatan petani garam di desa Langgenharjo Juwana




Rabu, 10 September 2014

Jual Quick Strap Slempang

DIJUAL/ Want to sale

Quick strap yang nyaman dan aman untuk kamera dan handycam anda.


Empuk di bahu... dan pastinya leher bebas dari beban..
Kuat dan nyaman , saya pakai di Nikon D80+BG+AF80-200mm f/2,8 gen 2 

pemesanan bisa via sms/ WA di 085226659843 BB 32573672

Lokasi Semarang, luar kota bisa kita kirim

HARGA Rp.80.000,-

Harga exclude ongkir ..






Terimakasih.....      



Kamis, 07 Agustus 2014

Street Fotografi





Dalam bahasa Indonesia bisa diterjemahkan Fotografi jalanan, yang mempunyai arti mengabadikan segala sesuatu yang berada dijalanan atau lebih luasnya di ruang publik (jalan, mall, pasar, terminal, stasiun, dan sebagainya) bisa dari candit atau kondisi yang sebenarnya. Namun secara baku di Indonesia belum ada kesepakatan untuk pengertian atau arti dari street fotografi ini.
Foto-foto genre ini biasanya di ambil pada kondisi yang sebenarnya dengan meminimalkan memanipulasi obyek. Unsur- unsur yang di tekankan pada genre ini biasanya mommen yang pas (decisive moment), expresi, yang di masukkan atau dibingkai dalam satu komposisi yang diinginkan.
Menurut pemikiran saya Street fotografi ini juga  bisa juga masuk atau merupakan unsur dari Human Interst Fotografi. Karena sebagian juga mengexplore tentang manusia yang ada di jalan atau tempat publik.


Berikut beberapa foto yang saya ambil dari berbagai tempat tentang street Fotografi :

Memanfaatkan tekstur jalan paving block di Pelabuhan Tanjung Emas yang terkena rob 


Memanfaatkan genangan air di jalan untuk memotret lampu kota



Kondisi di pinggir jalan



Pelukis jalanan yang dikelilingi pejalan kaki di Malioboro Yogyakarta



Parkir sepeda yang semrawut




Memanfaatkan refleksi di jalan



Kondisi di belakang stasiun Tawang Semarang



Refleksi air di jalan



Pedagang Sepeda menunggu pembeli



Bermain bersama cucu



Jalanan lorong Pasar



Didepan rumah



Menyeberang sungai Banjir Kanal Timur



Lapak Pasar (Kaponan) masih terkunci



Penumpang menunggu kereta selanjutnya



Menyiapkan kamera



Refleksi di Masjid Agung Jawa Tengah



moving di sebuah lobby hotel

Vandalisme kota lama Semarang


Pamer Akik @ pasar ayam Sendowo



  1. Nyapu gereja Blenduk